MWC NU GUDO, 18 Juni 2025 — Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan berbasis masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan petani lokal, Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPBNU) Kabupaten Jombang bersama Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Gudo dan Kepala Desa Japanan melaksanakan kegiatan studi banding ke lembaga Edukasi Indonesia (EI) di Kabupaten Pasuruan. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari program sinergi pertanian terpadu yang mengedepankan metode budidaya cabai berbasis greenhouse serta teknologi pembibitan modern.

Latar Belakang Kegiatan
Dalam beberapa tahun terakhir, harga cabai di Indonesia sangat fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari cuaca ekstrem, serangan hama, hingga ketergantungan pada pasokan musiman. Untuk menjawab tantangan tersebut, LPBNU Jombang menginisiasi program pemberdayaan masyarakat desa melalui budidaya cabai skala rumah tangga dengan pendekatan teknologi terkini dan keterampilan bertani yang efisien.
Kegiatan studi banding ini bukan hanya untuk menambah wawasan para pelaku pertanian, tetapi juga untuk menyusun langkah strategis yang bisa diterapkan di wilayah Gudo, khususnya Desa Japanan, yang memiliki potensi besar untuk menjadi sentra produksi hortikultura berbasis komunitas.
Galang

Edukasi Indonesia (EI) Pasuruan
Edukasi Indonesia (EI) yang terletak di kaki Gunung Arjuno, Pasuruan, dikenal sebagai pusat pembelajaran pertanian terpadu yang mengedepankan prinsip keberlanjutan dan kemandirian petani. EI telah berhasil mengembangkan sistem budidaya cabai di greenhouse (rumah kaca) secara intensif dengan hasil panen stabil dan berkualitas tinggi.
Kunjungan ini difasilitasi langsung oleh pendiri EI, yang juga dikenal sebagai aktivis pertanian organik dan pelopor gerakan petani milenial. Dalam sambutannya, menekankan pentingnya mengubah mindset petani dari pola pikir konsumtif ke arah produktif. “Petani kita tidak mengelola tanah dengan penuh kasih sayang,” tegasnya.

Materi Kunjungan dan Transfer Pengetahuan
Rangkaian kegiatan dimulai dengan diskusi interaktif mengenai proses pembibitan cabai unggul. Peserta dikenalkan pada teknik seleksi benih, sterilisasi media tanam, serta metode penyemaian dalam tray khusus yang mampu menjaga kelembaban secara optimal. Dalam sesi ini, para peserta diajak mempraktikkan langsung cara penyemaian dan teknik memperkuat akar tanaman sejak dini.
Selanjutnya, peserta diajak meninjau area greenhouse yang digunakan untuk budidaya cabai. Sistem ini memungkinkan penyiraman yang lebih efisien dan hemat air, sekaligus mencegah penyakit akar yang sering menyerang tanaman cabai di lahan terbuka.
Di dalam greenhouse, para peserta terkesima melihat tanaman cabai yang tumbuh subur, sehat, dan berbuah lebat. Beberapa tanaman bahkan tingginya mencapai lebih dari dua meter. Tidak sedikit peserta yang menyampaikan rasa kagum karena melihat potensi hasil panen yang tinggi meski dalam lahan terbatas. “Ini membuktikan bahwa bertani bisa modern, bersih, dan menghasilkan,” ujar Ketua MWC NU KH. Sutari, yang hadir langsung mendampingi rombongan.

Beliau menggarisbawahi bahwa keterlibatan NU melalui MWC dan LPB sangat strategis karena mampu menjadi jembatan antara masyarakat dan teknologi pertanian yang terus berkembang. Program pertanian ini ke depan dirancang untuk menyasar berbagai lapisan, mulai dari santri, pemuda, ibu rumah tangga, hingga kelompok tani lansia.

Dalam sesi dialog, Ketua LPBNU Jombang, menambahkan bahwa studi banding ini bukan sekadar wisata edukatif, melainkan bagian dari roadmap pembangunan pertanian NU. “Kami sedang menyusun skema ekonomi syariah dalam pertanian, di mana hasil panen nanti bisa dikelola oleh koperasi NU atau BMT. Jadi ada keberlanjutan dari hulu ke hilir,” ujarnya.

Antusiasme Harapan ke Depan
Kegiatan ini diikuti oleh belasan peserta dari berbagai elemen, mulai dari perangkat desa, pengurus NU sering diskusi mulai dari masalah hama, teknik panen, hingga permodalan dan pemasaran hasil panen.

Selama kegiatan berlangsung, panitia mendokumentasikan berbagai momen penting mulai dari penyambutan, praktik penyemaian, kunjungan ke greenhouse, hingga sesi foto bersama. Dokumentasi ini akan dijadikan bahan publikasi untuk mendorong partisipasi masyarakat luas agar mau ikut dalam program pertanian berbasis komunitas.

Salah satu momen paling menarik adalah saat para peserta berfoto bersama dengan latar belakang tanaman cabai yang rimbun dan berbuah lebat. Senyum dan semangat para peserta terlihat jelas, menjadi simbol harapan baru bagi pertanian lokal yang lebih modern dan mandiri.

Penutup
Kegiatan studi banding ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara lembaga keagamaan, pemerintah desa, dan lembaga edukatif dapat mendorong transformasi pertanian yang berdaya saing. LPBNU Jombang, MWC NU Gudo, dan Pemerintah Desa Japanan telah menunjukkan langkah proaktif dalam membangun masa depan pertanian yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan menjanjikan kesejahteraan.

Melalui kegiatan ini, kita belajar bahwa menjadi petani bukan lagi pekerjaan kelas dua, tetapi profesi mulia yang bisa membawa kemandirian bangsa. Dengan ilmu, teknologi, dan semangat gotong royong, pertanian Indonesia akan terus tumbuh subur — seperti tanaman cabai di greenhouse EI Pasuruan: hijau, sehat, dan penuh harapan.