MWCNU GUDO Online
– Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama se-Kabupaten Jombang secara rutin setiap tiga bulan sekali menggelar Silaturahim jajaran Syuriah. Kegiatan ini menjadi wadah mempererat ukhuwah, memperkuat komunikasi antar-pengurus, sekaligus menjaga marwah jam’iyah agar tetap istiqamah dalam mengawal umat di tengah dinamika zaman.

Acara silaturahim yang digelar kali ini berlangsung penuh khidmah dan dihadiri oleh jajaran Rois dan Katib serta perwakilan dari setiap kecamatan di Kabupaten Jombang. Kehadiran mereka menjadi bukti nyata bahwa ukhuwah dan persatuan dalam tubuh NU terus terjaga, berlandaskan semangat hubbul jamaah (cinta kebersamaan) dan ittiba’ manhaj salafus shalih (mengikuti jejak para ulama pendahulu).

Ajang Silaturahim Penuh Berkah

Dalam suasana hangat dan penuh keakraban, para Rois dan Katib saling bersapa, bertukar pandangan, serta membicarakan berbagai persoalan keumatan dan kebangsaan. Tidak hanya sebatas temu kangen, forum ini juga menjadi ajang evaluasi dan perumusan langkah strategis bagi keberlangsungan dakwah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah.

“Silaturahim ini bukan sekadar pertemuan biasa, tetapi momentum penting untuk menjaga kesinambungan perjuangan ulama dalam membimbing umat. InsyaAllah, setiap langkah yang kita niatkan untuk silaturahim akan mendatangkan keberkahan,” ungkap KH. Dr. H. Moh. Syamsul Falah, M.Pd satu Katib MWC NU GUDO yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Meneguhkan Peran Syuriah

Sebagaimana diketahui, jajaran Syuriah dalam struktur organisasi NU memegang peran sentral sebagai penjaga khittah, pengawal akidah, serta penentu arah perjuangan organisasi. Melalui forum silaturahim berkala ini, para Rois dan Katib Syuriah meneguhkan kembali komitmennya dalam menjaga marwah NU serta memperkuat peran jam’iyah di tengah masyarakat.

Para peserta silaturahim juga menegaskan bahwa tantangan umat di era digital saat ini semakin kompleks, mulai dari derasnya arus informasi yang tidak terkontrol, merebaknya ideologi transnasional yang kerap bertentangan dengan prinsip Aswaja, hingga persoalan sosial-keagamaan yang memerlukan solusi bijak. Dalam hal ini, peran Syuriah menjadi kunci utama untuk memberikan pandangan, arahan, serta fatwa yang menenteramkan umat.

“NU berdiri di atas tradisi, ilmu, dan perjuangan ulama. Tugas kita sebagai Syuriah adalah menjaga warisan itu agar tidak tergerus oleh arus zaman. Dengan silaturahim, kita semakin solid dalam menghadapi tantangan ke depan,” tutur KH. HAMDAN NUR WACHID. Rois MWCNU GUDO.

Forum Evaluasi dan Konsolidasi

Selain menjaga ukhuwah, pertemuan tiga bulanan ini juga menjadi ruang konsolidasi bagi para pengurus Syuriah. Berbagai persoalan yang muncul di wilayah masing-masing MWC dibicarakan secara terbuka. Mulai dari perkembangan dakwah di masjid dan mushalla, persoalan kaderisasi, hingga program-program sosial keagamaan yang tengah digagas.

Melalui musyawarah yang penuh hikmah, para ulama ini saling memberikan masukan, pengalaman, dan solusi. Inilah yang menjadi ciri khas tradisi NU menyelesaikan masalah dengan bahtsul masail, musyawarah, dan kebijaksanaan kolektif.

Tidak jarang pula, forum ini menghasilkan rekomendasi penting yang kemudian disampaikan kepada PCNU Jombang sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keumatan dan organisasi. Dengan demikian, pertemuan rutin ini tidak hanya bermanfaat bagi internal Syuriah, tetapi juga berdampak luas bagi masyarakat.

Menjaga Tradisi Silaturahim Ulama
Silaturahim ulama merupakan tradisi luhur yang diwariskan sejak zaman para Walisongo hingga ulama pesantren. Pertemuan rutin ini adalah bentuk nyata pelestarian tradisi tersebut. Sebab, silaturahim bukan hanya mempererat hubungan antar-individu, tetapi juga menyambungkan sanad keilmuan, sanad perjuangan, serta sanad doa keberkahan.

“Ulama adalah pewaris para nabi. Maka ketika ulama berkumpul, insyaAllah akan turun rahmat Allah, keberkahan ilmu, dan doa yang mustajab. Kita berharap, dari pertemuan ini lahir kekuatan spiritual untuk menjaga Jombang dan Indonesia agar tetap aman, tenteram, dan dirahmati Allah,” ucap salah satu peserta yang memberikan tausiyah singkat.

Ke depan, forum silaturahim Syuriah se-Kabupaten Jombang diharapkan semakin solid, terorganisir, dan bermanfaat luas. Selain sebagai ajang pertemuan, kegiatan ini juga diharapkan dapat melahirkan program nyata yang menyentuh masyarakat, seperti pembinaan keagamaan, pendampingan masyarakat desa, hingga penguatan kaderisasi Aswaja di kalangan generasi muda.

Kabupaten Jombang yang dikenal sebagai Kota Santri memiliki peran strategis dalam melahirkan ulama, santri, dan kader-kader bangsa. Dengan adanya silaturahim yang rutin ini, maka kesinambungan perjuangan ulama NU di Jombang semakin terjamin, serta mampu memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara.

Menyambung Doa dan Ikhtiar
Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh para kiai. Doa dipanjatkan agar Allah memberikan keberkahan, kekuatan, dan kemudahan bagi para pengurus Syuriah NU dalam menjalankan amanah. Tidak lupa, doa juga dihaturkan untuk keselamatan masyarakat Jombang, kelancaran pembangunan, serta keberhasilan program NU ke depan, termasuk ikhtiar besar pembangunan Masjid NU Center yang menjadi cita-cita bersama warga Nahdliyyin di Kabupaten Jombang.

“Semoga dengan doa bersama, apa yang menjadi ikhtiar kita bisa berjalan dengan lancar, penuh barokah, dan diridai Allah SWT,” pungkas salah seorang ulama sepuh.

Silaturahim tiga bulanan Rois dan Katib Syuriah se-Kabupaten Jombang ini bukan sekadar formalitas, melainkan simbol kekompakan ulama dalam mengawal jam’iyah Nahdlatul Ulama. Pertemuan yang diwarnai suasana hangat dan penuh keberkahan ini menjadi bukti bahwa NU tetap kokoh berdiri sebagai penjaga akidah Ahlussunnah wal Jamaah, sekaligus perekat umat di tengah perbedaan.

Dengan terus menjaga tradisi silaturahim, diharapkan NU di Jombang semakin kuat, umat semakin tenteram, dan perjuangan ulama dalam membimbing masyarakat mendapat ridha Allah SWT.

Kontributor : LTN MWC NU GUDO
Irman