Do’a yang Menyatukan Bangsa
Indonesia kembali dihadapkan pada berbagai ujian kebangsaan. Di tengah dinamika sosial, politik, ekonomi, dan ancaman perpecahan akibat arus informasi yang tidak terkendali, Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memandang penting untuk terus menghadirkan do’a bersama demi keselamatan bangsa.
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang mengeluarkan instruksi resmi agar seluruh warga Nahdliyin, mulai dari pengurus, banom (badan otonom), lembaga, hingga ranting dan majelis wakil cabang (MWCNU) di seluruh Kabupaten Jombang, menggelar Istighotsah dan Do’a Bersama untuk Keselamatan Bangsa secara serentak pada Selasa, 02 September 2025 / 09 Rabi’ul Awwal 1447 H.
Acara tersebut menjadi momentum penting untuk memperkokoh ikatan spiritual, kebersamaan, serta menjaga komitmen Nahdlatul Ulama dalam merawat jagat dan membangun peradaban.
Instruksi PCNU Jombang
Dalam surat resmi bernomor 331/PC.01/A.I.01.01/1620/09/2025, PCNU Jombang menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya agenda rutin keagamaan, tetapi juga bentuk ikhtiar kolektif warga NU dalam menjaga persatuan bangsa.
Acara utama akan dipusatkan di Kantor PCNU Jombang, Jl. Gatot Subroto No.04 Jelakombo, dengan dihadiri langsung oleh jajaran pengurus, tokoh-tokoh ulama, serta masyarakat sekitar. Sementara itu, seluruh MWCNU se-Kabupaten Jombang diinstruksikan untuk menyelenggarakan kegiatan serupa secara serentak di wilayah masing-masing.
Bahkan, demi menjaga kebersamaan meskipun berbeda lokasi, acara ini juga disiarkan melalui YouTube PCNU Jombang dan Zoom Meeting, sehingga jamaah di ranting dan banom dapat mengikuti secara daring.
Dalam surat resmi bernomor 331/PC.01/A.I.01.01/1620/09/2025, PCNU Jombang menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya agenda rutin keagamaan, tetapi juga bentuk ikhtiar kolektif warga NU dalam menjaga persatuan bangsa.
Acara utama akan dipusatkan di Kantor PCNU Jombang, Jl. Gatot Subroto No.04 Jelakombo, dengan dihadiri langsung oleh jajaran pengurus, tokoh-tokoh ulama, serta masyarakat sekitar. Sementara itu, seluruh MWCNU se-Kabupaten Jombang diinstruksikan untuk menyelenggarakan kegiatan serupa secara serentak di wilayah masing-masing.
Bahkan, demi menjaga kebersamaan meskipun berbeda lokasi, acara ini juga disiarkan melalui YouTube PCNU Jombang dan Zoom Meeting, sehingga jamaah di ranting dan banom dapat mengikuti secara daring.
Akar Spiritualitas Istighotsah sebagai Tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah
Istighotsah adalah amalan khas Nahdlatul Ulama yang sarat dengan nilai spiritual. Secara bahasa, istighotsah berarti memohon pertolongan. Dalam praktiknya, istighotsah merupakan do’a bersama yang dipanjatkan kepada Allah SWT agar memberikan perlindungan, keselamatan, serta jalan keluar dari berbagai persoalan hidup.
Tradisi ini telah diwariskan oleh para ulama pendiri NU seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syansuri, KH. Abdul Wahab Hasbullah, hingga KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Mereka semua menekankan bahwa do’a bersama bukan sekadar ritual, tetapi ikhtiar ruhani yang mampu memperkuat solidaritas sosial, menenangkan hati, serta mengikat persaudaraan umat Islam.
Dengan semangat itu, istighotsah kali ini diharapkan menjadi energi kolektif warga NU Jombang, khususnya di wilayah Gudo, untuk terus menjaga NKRI dan mengawal jalannya pembangunan bangsa.
Seruan untuk Banom dan Ranting MWCNU Gudo
MWCNU Gudo menindaklanjuti instruksi PCNU Jombang dengan menyerukan kepada seluruh banom dan ranting di wilayahnya agar aktif berpartisipasi. Banom seperti Ansor-Banser, Fatayat, Muslimat, IPNU, IPPNU, ISNU, Pagar Nusa, Lesbumi, dan LDNU, serta seluruh ranting NU di desa-desa di Kecamatan Gudo, diharapkan menjadi garda terdepan dalam menggerakkan jamaah untuk hadir.
Seruan ini ditegaskan agar setiap ranting dan banom tidak hanya mengirim perwakilan, tetapi juga mengajak masyarakat luas untuk bergabung. Sebab, istighotsah bukan hanya milik pengurus, melainkan doa bersama untuk keselamatan seluruh bangsa.
MWCNU Gudo menindaklanjuti instruksi PCNU Jombang dengan menyerukan kepada seluruh banom dan ranting di wilayahnya agar aktif berpartisipasi. Banom seperti Ansor-Banser, Fatayat, Muslimat, IPNU, IPPNU, ISNU, Pagar Nusa, Lesbumi, dan LDNU, serta seluruh ranting NU di desa-desa di Kecamatan Gudo, diharapkan menjadi garda terdepan dalam menggerakkan jamaah untuk hadir.
Seruan ini ditegaskan agar setiap ranting dan banom tidak hanya mengirim perwakilan, tetapi juga mengajak masyarakat luas untuk bergabung. Sebab, istighotsah bukan hanya milik pengurus, melainkan doa bersama untuk keselamatan seluruh bangsa.
Do’a untuk Keselamatan Bangsa
Tema “Do’a Bersama untuk Keselamatan Bangsa” dipilih bukan tanpa alasan. Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan global: krisis ekonomi, ancaman perpecahan akibat politik identitas, hingga dampak perubahan iklim. Semua itu membutuhkan kekuatan spiritual kolektif agar bangsa tetap berdiri tegak.
Do’a bersama menjadi simbol bahwa NU tidak pernah lepas dari tanggung jawab kebangsaan. Sejak awal berdirinya pada tahun 1926, NU selalu konsisten menjaga kedaulatan NKRI. Melalui istighotsah, warga NU Gudo diajak untuk meneguhkan komitmen tersebut, seraya memohon kepada Allah SWT agar bangsa ini terhindar dari segala marabahaya.
Kolaborasi Online dan Offline
Keunikan acara ini terletak pada kolaborasi antara kegiatan luring (offline) dan daring (online). Meskipun jamaah akan berkumpul di kantor MWCNU masing-masing, mereka juga tetap terhubung dengan pusat acara melalui live streaming PCNU Jombang.
Dengan demikian, suasana kebersamaan tetap terjaga, meskipun fisik terpisah. Hal ini menjadi bukti bahwa NU mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, tanpa meninggalkan akar tradisi keagamaan.
Tema “Do’a Bersama untuk Keselamatan Bangsa” dipilih bukan tanpa alasan. Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan global: krisis ekonomi, ancaman perpecahan akibat politik identitas, hingga dampak perubahan iklim. Semua itu membutuhkan kekuatan spiritual kolektif agar bangsa tetap berdiri tegak.
Do’a bersama menjadi simbol bahwa NU tidak pernah lepas dari tanggung jawab kebangsaan. Sejak awal berdirinya pada tahun 1926, NU selalu konsisten menjaga kedaulatan NKRI. Melalui istighotsah, warga NU Gudo diajak untuk meneguhkan komitmen tersebut, seraya memohon kepada Allah SWT agar bangsa ini terhindar dari segala marabahaya.
Kolaborasi Online dan Offline
Keunikan acara ini terletak pada kolaborasi antara kegiatan luring (offline) dan daring (online). Meskipun jamaah akan berkumpul di kantor MWCNU masing-masing, mereka juga tetap terhubung dengan pusat acara melalui live streaming PCNU Jombang.
Dengan demikian, suasana kebersamaan tetap terjaga, meskipun fisik terpisah. Hal ini menjadi bukti bahwa NU mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, tanpa meninggalkan akar tradisi keagamaan.
Agenda dan Rangkaian Acara
Berdasarkan surat edaran, acara akan berlangsung mulai pukul 19.30 WIB hingga selesai. Rangkaian kegiatan meliputi:
- Pembukaan dengan tahlil dan istighotsah.
- Sambutan dari pengurus PCNU Jombang.
- Do’a bersama dipimpin oleh para masyayikh.
- Ngaji rutin Qonun Asasi Nahdlatul Ulama, yang membahas prinsip dasar NU dalam beragama, berbangsa, dan bernegara.
Harapan dan Pesan Moral
Ketua PCNU Jombang, KH. Fahmi Amrullah, dalam instruksi resminya menekankan bahwa kegiatan ini harus menjadi momentum memperkuat ukhuwah Nahdliyah, ukhuwah Islamiyah, dan ukhuwah wathaniyah.
“Do’a bersama ini adalah bentuk ikhtiar batin warga NU dalam menjaga bangsa. Kita ingin memastikan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga, dan semua warga NU di Jombang, termasuk di Gudo, menjadi bagian penting dalam doa kolektif ini,” ujarnya.
Selain itu, Rais PCNU Jombang, KH. Achmad Hasan, menambahkan bahwa istighotsah adalah benteng spiritual. Dalam sejarah, bangsa Indonesia berhasil melewati masa-masa sulit dengan doa para ulama dan kiai pesantren. Oleh karena itu, generasi sekarang harus meneruskan tradisi tersebut.
Ketua PCNU Jombang, KH. Fahmi Amrullah, dalam instruksi resminya menekankan bahwa kegiatan ini harus menjadi momentum memperkuat ukhuwah Nahdliyah, ukhuwah Islamiyah, dan ukhuwah wathaniyah.
“Do’a bersama ini adalah bentuk ikhtiar batin warga NU dalam menjaga bangsa. Kita ingin memastikan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga, dan semua warga NU di Jombang, termasuk di Gudo, menjadi bagian penting dalam doa kolektif ini,” ujarnya.
Selain itu, Rais PCNU Jombang, KH. Achmad Hasan, menambahkan bahwa istighotsah adalah benteng spiritual. Dalam sejarah, bangsa Indonesia berhasil melewati masa-masa sulit dengan doa para ulama dan kiai pesantren. Oleh karena itu, generasi sekarang harus meneruskan tradisi tersebut.
Partisipasi Generasi Muda
Keterlibatan generasi muda NU melalui IPNU dan IPPNU menjadi poin penting dalam acara ini. Mereka tidak hanya berperan sebagai peserta, tetapi juga sebagai penggerak dokumentasi, publikasi di media sosial, serta penyebaran informasi acara.
Dengan begitu, nilai-nilai perjuangan ulama tidak hanya dirasakan di masjid atau aula, tetapi juga menyebar luas melalui kanal digital.
Keterlibatan generasi muda NU melalui IPNU dan IPPNU menjadi poin penting dalam acara ini. Mereka tidak hanya berperan sebagai peserta, tetapi juga sebagai penggerak dokumentasi, publikasi di media sosial, serta penyebaran informasi acara.
Dengan begitu, nilai-nilai perjuangan ulama tidak hanya dirasakan di masjid atau aula, tetapi juga menyebar luas melalui kanal digital.
Momentum Meneguhkan Komitmen NU
Istighotsah dan doa bersama ini diharapkan menjadi momentum bagi Banom dan Ranting MWCNU Gudo untuk meneguhkan kembali komitmen:
Melalui istighotsah dan doa bersama, MWCNU Gudo bersama banom dan rantingnya ingin menunjukkan bahwa doa bukan sekadar ritual pribadi, tetapi energi kolektif untuk membangun bangsa.
Ketika ribuan warga NU serentak mengangkat tangan memohon kepada Allah SWT, ada keyakinan bahwa langit akan terbuka, dan bangsa Indonesia akan mendapatkan perlindungan, keselamatan, serta keberkahan.
Sebagaimana pesan para ulama terdahulu
“Satu doa yang dipanjatkan bersama dengan hati ikhlas akan lebih kuat daripada seribu usaha tanpa restu Allah.”
Dengan demikian, istighotsah dan doa bersama ini bukan hanya agenda rutin, tetapi juga ikhtiar nyata warga NU dalam menjaga bangsa, sekaligus mengikat kembali persaudaraan, kebersamaan, dan cinta tanah air.
Istighotsah dan doa bersama ini diharapkan menjadi momentum bagi Banom dan Ranting MWCNU Gudo untuk meneguhkan kembali komitmen:
- Komitmen Keagamaan, menjaga tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah Annahdliyah.
- Komitmen Kebangsaan, setia menjaga NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
- Komitmen Sosial, selalu hadir di tengah masyarakat dalam suka maupun duka.
- Komitmen Peradaban, merawat jagat dan membangun peradaban sesuai misi besar NU.
- Penutup: Do’a yang Menyatukan
Melalui istighotsah dan doa bersama, MWCNU Gudo bersama banom dan rantingnya ingin menunjukkan bahwa doa bukan sekadar ritual pribadi, tetapi energi kolektif untuk membangun bangsa.
Ketika ribuan warga NU serentak mengangkat tangan memohon kepada Allah SWT, ada keyakinan bahwa langit akan terbuka, dan bangsa Indonesia akan mendapatkan perlindungan, keselamatan, serta keberkahan.
Sebagaimana pesan para ulama terdahulu
“Satu doa yang dipanjatkan bersama dengan hati ikhlas akan lebih kuat daripada seribu usaha tanpa restu Allah.”
Dengan demikian, istighotsah dan doa bersama ini bukan hanya agenda rutin, tetapi juga ikhtiar nyata warga NU dalam menjaga bangsa, sekaligus mengikat kembali persaudaraan, kebersamaan, dan cinta tanah air.
Dipublikasikan oleh: LTN MWCNU Gudo – Merawat Jagat, Membangun Peradaban
0Komentar