Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan pragmatis, masih ada sosok yang dengan penuh ketulusan mengabdikan diri untuk agama, masyarakat, dan organisasi tanpa pamrih. Salah satu tokoh yang menjadi teladan di lingkungan MWC NU Gudo adalah KH. Subiantoro, S.Pd, atau yang akrab disapa Bah Bin. Beliau dikenal sebagai pribadi sederhana, pekerja keras, dan memiliki dedikasi tinggi dalam menanamkan nilai-nilai keislaman, ke-NU-an, dan kebangsaan di tengah masyarakat.


Perjalanan pengabdian Bah Bin di Nahdlatul Ulama dimulai sejak masa remaja. Beliau menapaki jalan perjuangan dari organisasi pelajar, yaitu Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Di sinilah semangat militansinya untuk NU mulai tumbuh. Dalam IPNU, Bah Bin dikenal aktif, disiplin, dan penuh semangat menggerakkan kegiatan pelajar di tingkat ranting maupun kecamatan. Pengalaman di IPNU menjadi pondasi kuat bagi beliau untuk terus berkiprah di lingkungan NU hingga saat ini.


Setelah masa pelajar berlalu, Bah Bin tidak berhenti berkhidmat. Ia melanjutkan pengabdian di Gerakan Pemuda Ansor, organisasi kepemudaan di bawah naungan NU. Di Ansor, beliau semakin matang dalam kepemimpinan dan pengabdian sosial. Jiwa militannya semakin terasah melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, dan kemasyarakatan. Dari IPNU hingga Ansor, Bah Bin menunjukkan konsistensi luar biasa sebagai kader NU yang siap berjuang dalam kondisi apa pun.


Kini, perjalanan panjang itu mengantarkan beliau menduduki posisi penting sebagai Wakil Sekretaris MWC NU Gudo. Jabatan ini bukan hanya bentuk penghargaan atas dedikasi beliau, melainkan juga bukti kepercayaan para kiai dan pengurus NU terhadap kapasitas serta integritasnya. Dalam perannya ini, Bah Bin dikenal sebagai sosok yang komunikatif, teliti dalam administrasi, dan selalu hadir membantu berbagai kegiatan ke-NU-an di tingkat kecamatan.


Namun, pengabdian Bah Bin tidak hanya berhenti pada struktur organisasi. Beliau juga memiliki peran besar dalam bidang pendidikan dan dakwah. Pernah menjabat sebagai Ketua TPQ se-Kecamatan Gudo, Bah Bin menjadi motor penggerak dalam membina lembaga pendidikan Al-Qur’an di tingkat desa. Ia aktif mengoordinasikan guru-guru TPQ, memotivasi mereka agar terus semangat mendidik anak-anak dalam membaca dan memahami Al-Qur’an.


Selain menjadi penggerak TPQ, beliau juga dikenal sebagai guru di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. Dengan latar belakang pendidikan S.Pd, Bah Bin mengajar dengan penuh dedikasi dan cinta kepada murid-muridnya. Menariknya, di sela-sela kesibukan organisasi dan mengajar, Bah Bin tetap menjalani profesi sebagai petani. Beliau menganggap bertani bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga bentuk ibadah dan pengabdian terhadap bumi yang diciptakan Allah.


Sisi unik lainnya dari sosok Bah Bin adalah kebiasaannya mengajar di rumah sendiri. Rumah beliau menjadi tempat belajar anak-anak sekitar yang ingin mendalami Al-Qur’an. Dengan penuh kesabaran, beliau membimbing para santri kecil membaca, menghafal, dan memahami makna ayat suci. Bagi Bah Bin, mengajar tidak harus menunggu fasilitas megah; yang penting adalah niat tulus untuk menebar ilmu dan keberkahan.


Keikhlasan dan kesederhanaan Bah Bin membuatnya dicintai banyak orang. Ia menjadi contoh nyata bahwa perjuangan di jalan NU tidak selalu tentang jabatan tinggi atau popularitas, tetapi tentang ketulusan hati dan kebermanfaatan bagi umat. Dalam dirinya, kita bisa melihat perpaduan antara ulama, pendidik, petani, dan pejuang sosial yang hidup dalam keseimbangan.


KH. Subiantoro, S.Pd atau Bah Bin bukan hanya sosok kader NU yang aktif, tetapi juga simbol keteguhan dan keikhlasan. Melalui kiprahnya di IPNU, Ansor, Ma’arif, TPQ, dan MWC NU Gudo, beliau membuktikan bahwa pengabdian kepada agama dan masyarakat bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan cara apa saja — asal diniatkan karena Allah dan untuk kemaslahatan umat.