MWC NU Gudo, Jombang – Dalam rangka memperkuat semangat pengabdian di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), Ketua MWCNU Gudo, Drs. H. Ahsan Sutari, M.Pd, menyampaikan refleksi dan motivasi yang menggugah hati bertajuk “Menjaga Semangat Khidmah di NU”. Dalam pesannya, beliau mengajak seluruh pengurus, kader, serta simpatisan NU untuk merenungkan kembali makna sejati dari khidmah – sebuah bentuk pengabdian yang menjadi ruh dari gerakan NU sejak didirikan para muassis.
Mengawali pesannya, beliau mengutip QS. At-Taubah ayat 105, "Wa quli'malụ fa sayarallāhu 'amalakum wa rasụluhụ wal-mu`minụn, wa saturaddụna ilā 'ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi`ukum bimā kuntum ta'malụn" Artinya: Dan Katakanlah "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Khidmah Bukan Sekadar Tugas, Tapi Jalan Spiritual
Dalam konteks NU, khidmah bukan sekadar tugas organisasi. Ia adalah ibadah. Ia adalah ekspresi kecintaan kepada agama, ulama, dan umat. Namun demikian, tidak dapat dimungkiri bahwa khidmah tak selalu mudah. Ia seperti iman – terkadang menguat, terkadang melemah. Di awal mungkin semangat membara, namun di tengah jalan bisa diselimuti kejenuhan dan keletihan.
“Ini manusiawi,” ujar beliau. “Namun yang membedakan seorang pengabdi sejati adalah keteguhan hatinya dalam menjaga niat dan istiqamah.”
Ikhlas dan Pengorbanan Ciri Khidmah Sejati
Satu hal yang sangat menonjol dalam khidmah di NU adalah pengorbanan yang tulus. Tidak jarang para pengurus harus merogoh kocek pribadi demi menjalankan roda organisasi.
Namun justru di situlah letak keistimewaannya. Khidmah di NU bukan ladang mencari materi, melainkan ladang menanam pahala dan keberkahan.
Hadis Nabi SAW, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama” (HR. Ahmad), menjadi ruh penggerak dalam menjalankan tugas-tugas kemasyarakatan dan keummatan.
NU Sebagai Rumah Besar Perjuangan
NU bukan sekadar organisasi. Ia adalah rumah besar. Didirikan oleh para ulama pejuang, dengan dasar-dasar perjuangan yang kokoh akidah Ahlussunnah wal Jama’ah, cinta tanah air, dan semangat rahmatan lil ‘alamin. Maka, lanjut beliau, selama kita bergerak dalam nilai-nilai itu, meskipun tidak memegang posisi struktural, sejatinya kita tetap berkhidmah dalam NU.
KH. Hasyim Asy’ari pernah menyampaikan, “Barangsiapa yang mengurus NU, niatnya karena Allah, berkhidmah untuk Islam, Ahlussunnah wal Jama’ah, dan umat, maka kelak akan aku anggap sebagai santriku.”
Sebuah pesan yang bukan hanya menggetarkan jiwa, tapi juga mempertegas bahwa khidmah adalah jalan untuk terhubung dengan sanad perjuangan para ulama terdahulu.
Menjaga Lingkungan Khidmah yang Sehat
Mengakui bahwa rasa malas bisa datang kapan saja, Ketua MWCNU Gudo mengingatkan agar jangan sampai kita menjadi penyebab lesunya organisasi. Sebaliknya, jadilah pelita semangat yang mampu menyalakan kembali bara khidmah orang lain.
Lingkungan khidmah yang sehat harus dibangun melalui kebersamaan, kepedulian, dan penghargaan terhadap peran setiap pengurus. Jangan biarkan ada yang merasa bekerja sendiri atau merasa tidak dianggap. Semangat bisa menular, dan energi positif akan menyebar jika diciptakan ruang yang suportif.
Menghadapi Tantangan Khidmah di Era Digital
Zaman terus berubah, dan tantangan khidmah kini tak hanya fisik tapi juga mental dan digital. Godaan notifikasi, scroll media sosial tanpa tujuan, hingga gaya hidup instan menjadi musuh diam-diam dalam menjaga fokus dan niat. Di sinilah pentingnya manajemen waktu dan pengendalian diri.
Jangan sampai aktivitas dunia menggerus energi yang seharusnya dicurahkan untuk umat. Bila lelah, silakan istirahat, tapi jangan pernah menyerah. “Khidmah bukan tentang cepat-cepatan, tapi soal konsistensi,” pesan beliau.
Evaluasi Diri dan Perbaikan Berkelanjutan
Beliau juga mengingatkan pentingnya evaluasi diri secara rutin. Apakah kita hadir saat organisasi membutuhkan? Apakah kontribusi kita bermakna? Jika belum, jangan berkecil hati.
Lakukan perbaikan perlahan. Yang penting adalah kebermanfaatan, bukan popularitas. “Berkhidmah bukan ajang mencari pujian. Jika pujian yang kita kejar, kita akan cepat lelah. Tapi jika keikhlasan yang jadi dasar, kita akan menikmati khidmah itu, meski tidak ada yang tahu apa yang kita lakukan.”
Sahabat Khidmah dan Kerja Jamaah
Dalam perjalanan panjang pengabdian, kita membutuhkan sahabat khidmah orang yang mengingatkan saat kita goyah, menyemangati saat kita lelah. Khidmah bukan jalan sendiri.
Dalam NU, khidmah adalah kerja jamaah, kerja kolektif, kerja berjamaah. KH. Wahab Chasbullah menyampaikan, “NU itu rumah besar yang bisa memayungi siapa saja. Maka jagalah rumah ini, khidmahlah dengan penuh cinta, bukan ambisi.” Pesan ini menegaskan pentingnya menjaga orientasi pengabdian agar tetap murni, tidak tercemar ambisi pribadi.
Khidmah Sebagai Jihad Zaman Ini
Jihad tidak selalu dengan pedang. Di masa kini, jihad bisa berarti menyumbangkan ilmu, waktu, tenaga, pikiran untuk kemaslahatan umat. Dalam perspektif ini, khidmah adalah bentuk jihad modern. Maka mari kita istiqamah di jalan khidmah ini.
QS. Al-Jatsiyah: 15 menyebut, “Barang siapa berbuat baik, maka sesungguhnya itu untuk dirinya sendiri.” Artinya, setiap pengorbanan yang dilakukan dalam khidmah akan kembali kepada diri kita sendiri dalam bentuk kebaikan, keberkahan, dan ridha Allah.
Menjadikan Khidmah sebagai Gaya Hidup
Sebagai penutup, Drs. H. Ahsan Sutari, M.Pd mengajak kita semua untuk menjadikan khidmah sebagai gaya hidup. Bukan lagi sekadar kewajiban, tapi kebutuhan rohani. Karena khidmah tidak hanya membentuk organisasi, tapi juga membentuk karakter dan jiwa.
“Teruslah mencintai NU. Jangan menyerah. Meskipun langkah terasa berat, meskipun tidak banyak yang tahu apa yang kita perjuangkan, Allah Maha Mengetahui. Dan itu cukup,” tutup beliau.
Semoga pesan ini menjadi penguat semangat bagi segenap kader NU, khususnya di wilayah Gudo dan sekitarnya. Mari terus berjuang bersama NU, dengan niat yang tulus dan istiqamah yang kuat. Karena di balik setiap pengabdian yang ikhlas, ada pintu-pintu keberkahan yang terbuka lebar.
MWCNU Gudo – Menjaga Khidmah, Merawat Perjuangan, Menuju Ridha Ilahi.
Tanggal Rilis: 28 Juli 2025
Sangat inspiratif
BalasHapus