MWC NU GUDO — Suasana hangat dan penuh makna terasa di halaman Kantor Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) MWC NU Gudo pada Kamis malam, 15 Oktober 2025. Di bawah temaram lampu dan di tengah 200 ratusan lebih hadirin yang memadati lokasi, Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) MWC NU Gudo sukses menggelar kegiatan Nonton Bareng (Nobar) Film Sang Kyai dan Puisi Hari Santri Nasional 2025, sekaligus memberikan penghargaan kepada para guru TPQ se-Kecamatan Gudo atas dedikasi dan pengabdiannya selama ini dalam mencetak generasi Qur’ani.

Acara yang menjadi bagian dari rangkaian Gebyar Hari Santri Nasional 2025 ini diselenggarakan dengan konsep sederhana namun penuh pesan kebangsaan dan spiritualitas santri. Di balik kesederhanaannya, tersimpan nilai-nilai penghormatan terhadap para pendidik agama yang selama ini berjuang tanpa pamrih di tengah masyarakat.
 
Momentum Apresiasi untuk Pahlawan Pendidikan Al-Qur’an
Puncak malam nobar tersebut menjadi momen bersejarah ketika Ketua MWC NU Gudo, KH. Drs. Ahsan Sutari, M.Pd secara simbolis menyerahkan penghargaan kepada perwakilan guru TPQ se-Gudo. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa penghargaan ini bukan sekadar formalitas, tetapi bentuk nyata penghormatan atas perjuangan dan pengabdian para ustadz dan ustadzah yang telah menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an di hati anak-anak sejak usia dini.

“Para guru TPQ adalah benteng peradaban Islam. Mereka bukan hanya mengajarkan huruf dan bacaan, tetapi juga menanamkan adab, sopan santun, dan nilai cinta tanah air. Tanpa mereka, generasi Qur’ani tidak akan tumbuh kuat,” ungkap KH. Ahsan Sutari dengan nada haru disambut tepuk tangan panjang dari peserta yang hadir.

Beliau juga menambahkan bahwa MWC NU Gudo melalui LTN dan lembaga-lembaga lain akan terus mendukung eksistensi TPQ dengan berbagai pelatihan, kegiatan literasi, serta penguatan digitalisasi lembaga keagamaan. Menurutnya, dunia saat ini bergerak cepat dan para pengajar TPQ juga harus diberdayakan agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan ruh keikhlasannya.

200 Peserta Hadir Melebihi Target
Acara nobar film dan puisi Hari Santri ini awalnya dirancang dengan target peserta sekitar 100 orang, terdiri dari santri TPQ, karang taruna, dan perwakilan ranting NU. Namun antusiasme masyarakat begitu tinggi. Lebih dari 200 peserta hadir memenuhi area BLKK MWC NU Gudo. Para santri kecil duduk rapi, sementara para guru dan tokoh masyarakat duduk di barisan kursi tamu di bagian belakang.

Film yang diputar pada malam itu mengangkat kisah perjuangan sdalam mempertahankan kemerdekaan dan menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Di sela-sela pemutaran film, ditampilkan pula pembacaan puisi bertema “Santri dan Negeri” oleh perwakilan santri pelajar NU.

“Saya tidak menyangka membaca dengan penuh penghayatan. Inilah bukti bahwa pendidikan Al-Qur’an tidak hanya membentuk kecerdasan spiritual, tetapi juga melahirkan kreativitas yang bernilai seni,” ujar salah satu panitia dari LTN NU Gudo.

LTN NU Gudo Santri Melek Digital, Dakwah yang Menyapa Zaman
Kegiatan nobar ini merupakan bagian dari program besar MWC NU Gudo yang sejak awal Oktober 2025 telah melaksanakan serangkaian agenda edukatif dan inspiratif dalam menyambut Hari Santri Nasional. Meskipun rangkaian gebyar terdiri dari beberapa kegiatan — mulai dari Workshop Santri Melek Digital hingga Saembara Pena Santri Muda — namun puncak semangat kebersamaan dan kepedulian sosial benar-benar terasa pada malam penganugerahan guru TPQ ini.

“Santri melek digital itu bukan berarti meninggalkan tradisi. Justru kita ingin santri bisa berdakwah dengan cara baru — melalui film, puisi, media sosial, dan konten positif yang mencerahkan umat,” ungkap perwakilan LTN NU Gudo saat memberikan sambutan pembuka.

Beliau menegaskan bahwa peringatan Hari Santri bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum reflektif untuk meneguhkan kembali peran santri dalam membangun bangsa, terutama melalui pendidikan dan literasi Al-Qur’an di tingkat akar rumput. Karena itu, kegiatan ini sengaja dikemas dengan nuansa kebudayaan, seni, dan spiritualitas santri agar lebih mudah diterima oleh masyarakat luas.
 
Guru TPQ, Pilar Dakwah yang Tak Terlihat
Apresiasi kepada guru TPQ menjadi inti dari seluruh kegiatan malam itu. Dalam sesi khusus yang dipandu oleh panitia, beberapa guru TPQ dari berbagai 3 perwakilan desa di Gudo maju ke depan untuk menerima piagam penghargaan dan simbol kenangan dari MWC NU Gudo. Raut wajah mereka menampakkan kebahagiaan dan rasa terharu. Beberapa di antara mereka bahkan mengaku tak menyangka akan mendapat perhatian seperti ini.

“Kami tidak mengajar untuk mencari penghargaan, tapi malam ini kami merasa dihargai. Terima kasih kepada MWC NU Gudo dan para pengurus NU yang telah memperhatikan perjuangan kami,” tutur salah satu ustadzah dari TPQ di Desa Sukorejo dengan mata berkaca-kaca.

 

KH. Ahsan Sutari dalam sambutannya menegaskan bahwa semangat keikhlasan guru TPQ harus menjadi teladan bagi semua kader NU. “Mereka ini para pejuang yang tidak digaji besar, tapi tetap istiqamah mengajar anak-anak agar mengenal huruf Al-Qur’an. Ini jihad yang nyata di jalan ilmu dan iman,” ujar beliau.

Beliau juga mendorong agar setiap ranting NU di Kecamatan Gudo ikut berperan dalam memperkuat lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur’an. “Kita tidak boleh membiarkan perjuangan mereka sendirian. Dukungan sosial, perhatian, dan fasilitas dari masyarakat harus terus digerakkan,” tegasnya.

Semangat Santri untuk Negeri
Film yang ditayangkan malam itu berjudul “Sang Kyai” yang menampilkan potret keseharian santri di pesantren serta kontribusi mereka dalam masyarakat. Adegan-adegannya sederhana namun sarat makna — menggambarkan bahwa menjadi santri tidak hanya soal mengaji, tetapi juga mengabdi.

Saat film berakhir, suasana haru menyelimuti lokasi. Banyak peserta yang meneteskan air mata, terutama ketika muncul potongan video pendek berisi dokumentasi kegiatan guru TPQ di berbagai desa. Anak-anak kecil terlihat mencium tangan ustadzah mereka, sementara di layar terpampang kalimat

“Mereka tidak meminta balasan, hanya ingin Al-Qur’an tetap hidup di hati umat.”

 

Suasana tersebut menjadi puncak emosional acara malam itu. KH. Ahsan Sutari berdiri dan mengajak seluruh hadirin untuk memberi tepuk tangan penghormatan bagi para guru TPQ. “Inilah wajah santri sejati — mereka yang menjaga ilmu, iman, dan adab,” ujar beliau.

Kolaborasi Lintas Generasi
LTN NU Gudo dalam penyelenggaraan acara ini berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk tim media Nugo, IPNU-IPPNU, serta karang taruna dari beberapa desa di Gudo. Sinergi ini menunjukkan bahwa semangat Hari Santri tidak hanya dimiliki oleh kalangan pesantren, tetapi juga menjadi milik masyarakat luas yang ingin berkhidmat kepada agama dan bangsa.

“Kami ingin menjadikan LTN NU Gudo sebagai pusat gerakan dakwah kreatif. Melalui kegiatan seperti ini, kami mengajak masyarakat untuk mencintai agama lewat seni, literasi, dan teknologi,” ungkap salah satu panitia dari Nugo Media.

Panitia juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang membantu menyukseskan acara, mulai dari perangkat desa, pengurus ranting, hingga warga sekitar yang bergotong-royong menyiapkan tempat dan konsumsi. Semua bekerja dalam semangat gotong royong yang menjadi ciri khas Nahdlatul Ulama.

Santri Tidak Pernah Mati
Menjelang akhir acara, Ketua MWC NU Gudo, KH. Drs. Ahsan Sutari, M.Pd menyampaikan pesan penutup yang menggugah hati. Beliau menegaskan bahwa Hari Santri bukan hanya milik mereka yang tinggal di pesantren, tetapi milik setiap orang yang berjuang menegakkan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin di mana pun berada.

“Santri tidak pernah mati. Selama masih ada orang yang mengajarkan kebaikan, selama masih ada guru yang membimbing anak membaca Al-Qur’an, selama masih ada jiwa yang mencintai ilmu dan menghormati ulama — maka semangat santri akan tetap hidup,” tutur beliau..

 

Dari Gudo untuk Peradaban Dunia

Kegiatan nobar dan penganugerahan guru TPQ ini menjadi cermin kecil dari cita-cita besar Nahdlatul Ulama membangun peradaban melalui pendidikan, dakwah, dan kebudayaan. Apa yang dilakukan oleh LTN MWC NU Gudo malam itu adalah bagian dari proses panjang menghidupkan semangat perjuangan para ulama dalam konteks zaman modern.


Melalui penghargaan kepada guru TPQ, LTN MWC NU Gudo ingin menegaskan bahwa pendidikan Al-Qur’an adalah fondasi utama peradaban bangsa. Dan melalui film, puisi, serta ruang-ruang ekspresi santri, nilai-nilai Islam dapat terus disebarluaskan dengan cara yang indah, santun, dan relevan dengan zaman.

“Kita tidak sedang memperingati hari biasa, tapi hari yang mengingatkan kita pada darah, doa, dan perjuangan para santri. Maka, mari kita lanjutkan dengan karya dan ketulusan,” ujar perwakilan panitia menutup kegiatan.

Rilis resmi oleh Tim LTN MWC NU Gudo